Lencana Facebook

Lencana Facebook

Lencana Facebook

AD (728x90)

Senin, 04 April 2016

Karena Hati Hanya Bisa Disentuh dengan Hati

Share it Please


Apa yang terlintas di kepala kita sebagai seorang guru jika ada anak yang berbuat masalah di kelas? Pertanyaan ini saya ajukan saat mengisi pelatihan Manajemen Kelas di Sekolah dampingan Makmal Pendidikan Dompet Dhuafa.
Sebelumnya para peserta saya berikan post it agar peserta bisa menjawabnya di kertas tersebut. Hasilnya? Dari 20 peserta yang hadir jawabannya beragam, ada yang santun sampai yang mengarah ketindakan kekerasan pada siswa.
Berangkat dari jawaban peserta diatas, saya mengambil kesimpulan sederhana, masih banyak dari kita yang langsung memilih memberikan punishment untuk menyelesaikan masalah di kelas ajar kita masing-masing, tanpa melakukan tahapan-tahapan yang lebih positif. Seperti memberikan pujian, tatap, dekati, sentuh dan terakhir konsekuensi. Sejatinya, memberikan punishment diawal tidak memberikan perubahan yang berarti terhadap perubahan sikap anak di kelas, salah-salah  malah kita telah menciderai psikologi anak, sehingga anak menjadi apatis terhadap sosok kita di kelas. Jika sudah begini, anak akan terhambat dalam menerima informasi dari kita.
Tanpa disadari kita sering menciderai psikologi anak didik kita, baik dengan ucapan ataupun dengan tindakan. Pernah satu kali, Saya pernah mendengar langsung, rekan saya sesama guru, menanyakan ke salah satu siswa kelas 6, tentang ingin melanjutkan kemana setelah lulus nanti. Setelah anak menjawab salah satu SMP favorit di daerah kami, dengan respon yang tak di saring, dan diluar sangkaan saya. Guru tersebut mengatakan kamu tidak cocok sekolah di sana, itu bukan grade kamu. Cari yang biasa-biasa saja, dengan suara yang didengar orang yang berada di ruangan itu. Anak itupun diam tak menjawab, entah apa yang dipikirannya diperlakukan seperti itu dihadapan teman-temannya.
Ucapan maupun tindakan kita, bisa menjadi penyemangat buat siswa jika kita lakukan secara positif, namun juga bisa sebaliknya, jika kita melakukannya dengan negatif maka akan jadi pelemahan semangat siswa. Memang, persoalan menghadapi siswa yang bermasalah menjadi sangat dilematis, satu sisi jika dilakukan dengan lemah, siswa akan semakin menjadi kelakuannya di kelas, namun jika dilakukan dengan keras, urusannya bisa dengan wali siswa yang marah tidak terima dengan perlakuan keras tersebut, ini ungkapan yang coba dikeluhkan peserta saat sharing session.
Memang menghadapi siswa saat ini bukan pekerjaan mudah apalagi jika inputnya  memang terdiri dari anak anak yang tidak terkondisi hidup teratur dan terbiasa patuh pada aturan. Permasalahan seperti ini, jawabannya dengan Manajemen Kelas.
Apa itu manajemen kelas? Banyak pakar yang mendefiniskannya, namun satu yang saya paparkan  bahwa, manajemen kelas sebagai kompleks of teaching behavior of teacher efficient instruction” yang mengandung pengertian bahwa segala usaha yang diarahkan untuk mewujudkan suasana belajar yang efektif dan menyenangkan serta memotivasi murid agar dapat belajar dengan baik, (Weber .W.A. 1988). Namun, yang terpenting dalam mengatasi permasalahan siswa, seorang guru harus memiliki hasrat yang kuat  untuk membantu memecahkan persoalan  yang dihadapi siswa sekaligus memiliki kemauan  untuk  mempelajari jalan keluarnya. Disinilah peran rasa empati guru dibutuhkan, karena rasa empati guru dapat meningkatkan perasaan  peka terhadap realitas yang dihadapi siswanya, sekaligus berpikir jalan keluarnya.
Rasa empati ini amat penting bagi guru agar dapat menyusun rencana pembelajaran berbasis kebutuhan belajar siswa. Dengan adanya rasa empati, guru bersangkutan dapat mengenali, memberikan jalan keluar atas permasalahan yang dihadapi siswa, sekaligus dapat mengelola konflik perasaan yang dihadapi guru tersebut. Guru yang memiliki rasa empati atas permasalahan yang dihadapi siswa, biasanya lebih dihargai siswanya karena dianggap yang paling mengerti persoalan diri peserta didik. Karena hati hanya bisa disentuh dengan hati.
Oleh karena itu, mulailah dengan mengecilkan punishment dalam setiap menyelesaikan permasalah siswa di kelas, dan jangan segan untuk memberikan penghargaan (reward) kepada siswa jika memang siswa layak untuk diberikan penghargaan. Penghargaan tidak mesti berbentuk barang, pujian dan sentuhan sayang seorang guru bisa memompa semangat siswa, sehingga siswa bisa tumbuh dan berkembang melebihi batas kemampuannya.

Written by

We are Creative Blogger Theme Wavers which provides user friendly, effective and easy to use themes. Each support has free and providing HD support screen casting.

0 komentar:

Posting Komentar

© 2013 Odi Azizi. All rights resevered. Designed by Templateism