Lencana Facebook

Lencana Facebook

Lencana Facebook

AD (728x90)

Selasa, 12 April 2016

Wadah Mahabah; Resep Pendidikan Anak

Share it Please




Anak merupakan titipan dari Allah Swt yang harus dirawat dengan sebaik-baiknya, karena dengan merawatnya akan menghantarkan kita pada surgaNya, namun sebaliknya jika kita menyia-nyiakannya maka tunggulan pertanggungjawaban kita di hadapan Allah Swt.
Salah satu cara orang tua merawat amanah ini adalah dengan mendidiknya agar menjadi pribadi yang berakhlak. Tentu, mendidik anak bukanlah perkara yang sepele, bukan pekerjaan yang dilakukan dengan asal-asalan, mendidik anak sama halnya dengan kebutuhan pokok yang harus terpenuhi karenanya dibutuhkan ilmu agar penanganan yang dilakukan tepat dan memberikan dampak yang positif. Ditambah lagi dengan pengaruh negatif dari luar yang dapat merusak pertumbuhan anak.
Seperti kita ketahui bersama pergaulan anak-anak saat ini sudah dalam titik memprihatinkan, sehingga orang tua dituntut ekstra waspada. Polda Metro Jaya mengatakan kasus kenakalan remaja  mengalami peningkatan yang cukup tinggi. Pada tahun 2011 tercatat ada 30 kasus, sementara tahun 2012 terjadi 41 kasus, artinya naik sebanyak 11 kasus, atau meningkat 36,66 persen.
Keluarga merupakan Madrasatul Ula yang jadi benteng pertama untuk membentuk anak yang kuat; kuat iman, kuat kognisi dan afeksi, untuk mendapatkan hasil yang baik diperlukan proses yang baik pula. Menurut Abdullah Nashih ‘Ulwan ada  lima metode pendidikan anak yang saya singkat dengan Wadah Mahabah; 1. al- QudWAH, 2. Al-‘AaDAH, 3. Al-MulahAdzoh, 4. Al-NashiHAh, 5. Al-UquBAH.
1.      Al- Qudwah (keteladanan)
Children See Children Do,  anak adalah peniru yang ulung sehingga membutuhkan sosok yang menjadi teladan dan panutan. Jika yang dilihat prilaku baik maka menjadi baiklah perilaku anak, pun sebaliknya jika yang dilihat buruk maka menirulah anak pada perilaku buruk itu. Seorang ayah akan kesulitan untuk memerintahkan anaknya sholat sementara ayahnya tidak melaksanakan sholat atau contoh lainya seorang ayah yang perokok besar kemungkinan anaknya perokok juga. Maka dari itu orangtua harus menjadi teladan atau model yang baik untuk pendidikan anaknya. Tahapan ini harus dipenuhi agar proses pendidkan anak dapat berjalan dengan baik sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah Saw.

Keteladanan yang harus dicontohkan pada anak meliputi; aspek ibadah, akidah dan penanaman karakter yang menjadi bekal bagi kehidupannya pada masa yang akan datang.

2.      Al-‘Aadah (pembiasaan)
Setelah proses keteladanan berjalan dengan baik, maka metode berikutnya adalah dengan pembiasaan, tanpa pembiasaan, nilai-nilai tidak kuat mengakar dalam benak anak. Islam telah mengajarkan bagaimana proses pembiasaan menjadi penting untuk diperhatikan, agar nilai-nilai yang dibangun dapat menancap kuat.

Menumbuhkan kebiasaan yang baik tentu tidaklah mudah, perlu proses dan waktu yang panjang. Contoh dalam hal Pembiasaan shalat, Rasulullah SAW memerintahkan kepada para orang tua agar mereka menyuruh anak mengerjakan shalat pada usia tujuh tahun dan mulai diberlakukan punishment pada usia sepuluh tahun. Dari usia 7-10 tahun ada jarak 3 tahun, ini artinya selama tiga tahun tersebut adalah proses pembiasaan anak untuk mengerjakan sholat, hingga akhirnya sholat menjadi kebutuhan bukan kewajiban. Di rentang waktu tersebut orang tua hendaklah bersabar dan berkomitmen untuk mengingatkan anak untuk sholat.

Jadi dalam proses pembentukan akhlak anak tidak diperoleh dengan instan, mesti ada proses pembiasaan sebelumnya, dan tugas orang tua mengawasi proses ini dengan serius.

3.      Al-Mulahadzoh (pengawasan)
Untuk menghasilkan padi yang baik, maka Petani melakukan pengawasan yang ketat pada sawahnya, menjaga dari serangan hama, memperhatikan pengairannya, dan memberikannya pupuk agar tumbuh menjadi berkualitas. Begitulah juga orang tua memberikan pengawasan kepada anak-anaknya, orang tua hendaknya mencurahkan perhatiannya pada perkembangan anak, memperhatikan perkembangan aspek akidah, akhlak, akal dan sosialnya.

Begitu banyak anak yang baik namun tanpa pengawasan yang kuat dari orang tuanya terkontaminasi dengan pergaulan bebas, dan orang tua baru tersadar ketika anaknya sudah dihadapkan pada masalah. Tentu hal ini tidak kita inginkan, untuk itu berilah pengawasan yang kuat namun jangan sampai mengekangnya sehingga anak menjadi terhambat perkembangannya.

4.      Al-Nashihah (Nasihat)
Sebelum orang tua memberikan nasihat pada anaknya, sebaiknya orang tua sudah memberikan teladan terlebih dahulu agar apa yang disampaikan dapat diterima oleh anak. Pemberian nasihat juga harus dilakukan berulang-ulang agar anak merekam dengan baik dan dapat menjadi perisai bagi dirinya, sehingga anak dapat menyaring setiap keburukan yang datang padanya. Dalam memberikan nasihat sebaiknya disampaikan dengan lemah lembut, dan memperhatikan situasi dan kondisi yang ada.
5.      Al-‘Uqubah (Hukuman)
Perlu diingat, bahwa metode al-‘Uqubah hanya dapat dilakukan diakhir setelah empat proses sebelumnya sudah dilaksanakan dengan baik, jadi jangan coba-coba dibalik. Sebetulnya jika proses peneladanan, pembiasaan, pengawasan dan nasihat dilaksanakan dengan baik anak tidak akan sampai pada tahapan hukuman, karena dengan empat tahapan tersebut anak sudah terbentuk dengan baik. Namun jika dalam perkembangan sosialnya anak melanggar kesalahan, yang harus diperhatikan adalah bahwa hukuman tidak  harus berupa kekerasan fisik, namun bisa juga dengan cara lain yang lebih lembut, misalnya menghilangkan kegiatan kesukaannya, seperti; anak tidak boleh menonton TV selama seminggu atau uang jajannya dikurangi selama beberapa hari.
Lima metode semoga dapat membentuk anak dengan kepribadian insan kamil sehingga dapat menjadi investasi dunia dan akhirat.

Written by

We are Creative Blogger Theme Wavers which provides user friendly, effective and easy to use themes. Each support has free and providing HD support screen casting.

0 komentar:

Posting Komentar

© 2013 Odi Azizi. All rights resevered. Designed by Templateism